Menurut Prof. Dr. H. Cecep
Sumarna dalam bukunya Filsafat Ilmu (Edisi ke Empat : 2010 hal 69) dikatakan,
bahwa Metafisika secara bahasa adalah berasal dari bahasa
Yunani yang terstruktur dari dua suku kata, yaitu Meta dan Physika. Dimana
Meta diartikan dengan sesudah sesuatu atau dibalik sesuatu. Dan Physika yang
berarti Nyata, konkrit, dapat diukur serta dijangkau dengan panca indera.[1]
Jadi,
pengertian Metafisika adalah sebuah eksistensi (wujud) dibalik atau sesudah
yang fisik. Dan ilmunya biasa kita sebut dengan Ontologi. Sehingga pengertian
Ontologi adalah sebuah disiplin ilmu yang mengkaji tentang eksistensi dibalik
yang fisik atau eksistensi sesudah yang fisik.
Sehingga dari pemaparan
diatas dapat kita fahami bersama bahwa kajian Metafisika meliputi kajian
tentang ke-Tuhanan, tentang kebangkitan manusia di akhirat kelak, kajian pahala
dan dosa, atau bahkan keberadaan tentang masalah syurga dan neraka atau biasa
kita sebut sebagai persoalan eskatologi (Yaum al-Mi'aad).
Dan dalam perkembangannya
seorang Christian Wolff (1679-1754) membagi Metafisika menjadi dua, yaitu Metafisika
Umum dan Metafisika Khusus.[2]
Metafisika Umum dimaksudkan
adalah sebagai istilah lain dari Ontologi. Dengan demikian, metafisika umum
atau ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip yang paling
dasar atau paling mendalam dari segala sesuatu yang ada. Sedangkan Metafisika
khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi dan teologi.
Kosmologi adalah cabang
filsafat yang secara khusus membicarakan alam semesta. Psikologi adalah cabang
filsafat yang secara khusus membicarakan tentang jiwa manusia. Serta Teologi
adalah cabang filsafat yang secara khusus membicarakan Tuhan.[3]
[3] Paul Edwards, The Encyclopedia of Philosophy,
New York : Mac Millian Publishing, Co., Ed. II, 1972 hal. 542
No comments:
Post a Comment