Paham ini menganggap bahwa
hakikat yang asal dari seluruh eksistensi dan kenyataan yang ada itu hanyalah
satu saja, tidak mungkin dua. Atau dengan kata lain bahwa hakikat sebagai
sumber yang asal itu hanya satu (baik yang asal itu berupa materi ataupun non
materi). Menurut paham ini tidak mungkin ada hakikat dari seluruh yang ada ini
yang masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan
sumber yang pokok dan dominan dalam menentukan perkembangan yang lainnya atau
dalam istilah lain disebut "dari yang Eka, menjadi yang Aneka".
Istilah monisme ini, oleh
seorang Thomas Davidson disebut dengan Block Universe. Paham ini kemudian
terbagi ke dalam dua aliran :
a. Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa
sumber atau hakikat yang asal itu adalah materi, bukan non materi (rohani).
Aliran ini sering disebut juga dengan aliran Naturalisme, yang menurutnya bahwa
zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta.[1] Yang
ada hanyalah Materi, dan yang lainnya seperti jiwa atau ruh tidaklah merupakan
suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Ia hanya merupakan akibat saja dari
proses gerakan kebenaran dengan salah satu cara tertentu.
Sebenarnya antara
Materialisme dan Naturalisme ada sedikit perbedaan. Namun begitu, Materialisme
dapat dianggap sebagai suatu penampakan diri dari Naturalisme.[2] Naturalisme
berpendapat bahwa alam saja yang ada, yang lainnya di luar alam tidak ada.[3] Yang
dimaksud alam disini ialah segala-galanya, meliputi benda dan ruh. Jadi, benda
dan ruh sama nilainya, dianggap sebagai alam yang satu. Sebaliknya Materialisme
menganggap ruh adalah kejadian dari benda. Jadi tidak sama nilainya antara
benda dan ruh seperti dalam Naturalisme.
Dari segi dimensinya, paham
ini sering dikaitkan dengan teori Atomisme. Yang mana menurut teori ini, bahwa
semua materi tersusun dari sejumlah bahan yang disebut unsur. Unsur-unsur
tersebut bersifat tetap dan tidak dapat dirusakkan. Bagian-bagian yang terkecil
dari unsur itulah yang dinamakan Atom-atom.
Aliran pemikiran ini
sebetulnya dipelopori oleh bapak filsafat, yaitu Thales (624-546 SM), dimana ia
berpendapat bahwa Unsur asal adalah Air, karena pentingnya bagi kehidupan.[4] Anaximander
(585-528 SM) berpendapat bahwa unsur asal itu adalah udara dengan alasan bahwa
udara adalah merupakan sumber dari segala kehidupan. Demokritos (460-370 SM)
berpendapat bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya,
tak dapat dihitung dan amat halus. Atom-atom inilah yang merupakan kejadian
alam.[5]
Dalam perkembangannya,
sebagai aliran yang paling tua, paham ini timbul dan tenggelam seiring roda
kehidupan manusia yang selalu diwarnai dengan filsafat dan agama.
Beberapa alasan mengapa
aliran ini berkembang sehingga memperkuat dugaan bahwa yang merupakan hakikat
adalah benda, diantaranya adalah :
a. Pada pikiran yang masih
sederhana, apa yang kelihatan yang dapat diraba, biasanya dijadikan kebenaran
terakhir. Dimana pikiran sederhana ini tidak mampu memikirkan sesuatu diluar
ruang yang abstrak.
b. Penemuan-penemuan
menunjukan bahwa betapa bergantungnya jiwa pada badan. Oleh sebab itu,
peristiwa jiwa selalu dilihat sebagai peristiwa jasmani. Dimana jasmani, lebih
menonjol dalam peristiwa ini.
c. Dalam sejarahnya,
manusia memang bergantung pada benda, seperti pada Padi (yang hampir menjadi
makanan pokok seluruh manusia dibelahan bumi). Diamana Dewi Sri dan Tuhan
muncul disitu. Yang kesemuanya ini memperkuat dugaan bahwa yang merupakan
hakikat adalah benda.
b. Idealisme
Sebagai lawan dari
Materialisme adalah aliran Idealisme yang sering disebut juga dengan aliran
Spiritualisme.
Idealisme terambil dari
kata "Idea", yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini
beranggapan bahwa hakikat kenyataan atau eksistensi yang beraneka ragam itu
semuanya berasal dari ruh (sukma) atau yang sejenis dengannya, yaitu sesuatu
yang tidak berbentuk dan tidak menempati ruang dan waktu. Materi atau Zat itu
hanyalah suatu jenis dari pada penjelmaan Ruhani (non Materi).[6]
Beberapa alasan aliran ini
yang menyatakan bahwa hakikat dari eksistensi adalah Ruhani (Non Materi),
spirit atau sebagainya adalah :
a. Nilai Ruh lebih tinggi
dari pada badan, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia.
Sehingga Ruh itu dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya. Materi hanyalah
bayangan atau penjelmaan saja dari Ruh.
b. Manusia lebih memahami
dirinya sendiri, dari pada dunia diluar dirinya.
c. Materi ialah kumpulan
energi yang menempati ruang. Materi tidak ada, yang ada hanyalah energi
(Ruh/Non Materi).[7]
Dan didalam perkembanganya,
aliran ini ditemui pada ajaran Plato (428-348 SM) yang terkenal dengan teori
Ideanya. Menurutnya, bahwa tiap-tiap yang di alam ini, mesti ada Ideanya, yaitu
konsep Universal dari tiap sesuatu.[8]
[3] Louis O. Kattsoff, Element of Philosophy,
Terjemahan Soejono Soemargono, Pengantar Filsafat, Yogyakarta : Tiara Wacana,
cet VII, 1996, hal 216
[5] Jujun S. Suiasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah
Pengantar Populer, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1996 hal 64
No comments:
Post a Comment