Thursday 12 March 2015

Cabang Metafisika Berupa Faham Monoisme

Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh eksistensi dan kenyataan yang ada itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Atau dengan kata lain bahwa hakikat sebagai sumber yang asal itu hanya satu (baik yang asal itu berupa materi ataupun non materi). Menurut paham ini tidak mungkin ada hakikat dari seluruh yang ada ini yang masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok dan dominan dalam menentukan perkembangan yang lainnya atau dalam istilah lain disebut "dari yang Eka, menjadi yang Aneka".
Istilah monisme ini, oleh seorang Thomas Davidson disebut dengan Block Universe. Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran :
a. Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa sumber atau hakikat yang asal itu adalah materi, bukan non materi (rohani). Aliran ini sering disebut juga dengan aliran Naturalisme, yang menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta.[1] Yang ada hanyalah Materi, dan yang lainnya seperti jiwa atau ruh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Ia hanya merupakan akibat saja dari proses gerakan kebenaran dengan salah satu cara tertentu.
Sebenarnya antara Materialisme dan Naturalisme ada sedikit perbedaan. Namun begitu, Materialisme dapat dianggap sebagai suatu penampakan diri dari Naturalisme.[2] Naturalisme berpendapat bahwa alam saja yang ada, yang lainnya di luar alam tidak ada.[3] Yang dimaksud alam disini ialah segala-galanya, meliputi benda dan ruh. Jadi, benda dan ruh sama nilainya, dianggap sebagai alam yang satu. Sebaliknya Materialisme menganggap ruh adalah kejadian dari benda. Jadi tidak sama nilainya antara benda dan ruh seperti dalam Naturalisme.
Dari segi dimensinya, paham ini sering dikaitkan dengan teori Atomisme. Yang mana menurut teori ini, bahwa semua materi tersusun dari sejumlah bahan yang disebut unsur. Unsur-unsur tersebut bersifat tetap dan tidak dapat dirusakkan. Bagian-bagian yang terkecil dari unsur itulah yang dinamakan Atom-atom.
Aliran pemikiran ini sebetulnya dipelopori oleh bapak filsafat, yaitu Thales (624-546 SM), dimana ia berpendapat bahwa Unsur asal adalah Air, karena pentingnya bagi kehidupan.[4] Anaximander (585-528 SM) berpendapat bahwa unsur asal itu adalah udara dengan alasan bahwa udara adalah merupakan sumber dari segala kehidupan. Demokritos (460-370 SM) berpendapat bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya, tak dapat dihitung dan amat halus. Atom-atom inilah yang merupakan kejadian alam.[5]
Dalam perkembangannya, sebagai aliran yang paling tua, paham ini timbul dan tenggelam seiring roda kehidupan manusia yang selalu diwarnai dengan filsafat dan agama.
Beberapa alasan mengapa aliran ini berkembang sehingga memperkuat dugaan bahwa yang merupakan hakikat adalah benda, diantaranya adalah :
a. Pada pikiran yang masih sederhana, apa yang kelihatan yang dapat diraba, biasanya dijadikan kebenaran terakhir. Dimana pikiran sederhana ini tidak mampu memikirkan sesuatu diluar ruang yang abstrak.
b. Penemuan-penemuan menunjukan bahwa betapa bergantungnya jiwa pada badan. Oleh sebab itu, peristiwa jiwa selalu dilihat sebagai peristiwa jasmani. Dimana jasmani, lebih menonjol dalam peristiwa ini.
c.  Dalam sejarahnya, manusia memang bergantung pada benda, seperti pada Padi (yang hampir menjadi makanan pokok seluruh manusia dibelahan bumi). Diamana Dewi Sri dan Tuhan muncul disitu. Yang kesemuanya ini memperkuat dugaan bahwa yang merupakan hakikat adalah benda.
b. Idealisme
Sebagai lawan dari Materialisme adalah aliran Idealisme yang sering disebut juga dengan aliran Spiritualisme.
Idealisme terambil dari kata "Idea", yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan atau eksistensi yang beraneka ragam itu semuanya berasal dari ruh (sukma) atau yang sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan tidak menempati ruang dan waktu. Materi atau Zat itu hanyalah suatu jenis dari pada penjelmaan Ruhani (non Materi).[6]
Beberapa alasan aliran ini yang menyatakan bahwa hakikat dari eksistensi adalah Ruhani (Non Materi), spirit atau sebagainya adalah :
a. Nilai Ruh lebih tinggi dari pada badan, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia. Sehingga Ruh itu dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya. Materi hanyalah bayangan atau penjelmaan saja dari Ruh.
b. Manusia lebih memahami dirinya sendiri, dari pada dunia diluar dirinya.
c. Materi ialah kumpulan energi yang menempati ruang. Materi tidak ada, yang ada hanyalah energi (Ruh/Non Materi).[7]
Dan didalam perkembanganya, aliran ini ditemui pada ajaran Plato (428-348 SM) yang terkenal dengan teori Ideanya. Menurutnya, bahwa tiap-tiap yang di alam ini, mesti ada Ideanya, yaitu konsep Universal dari tiap sesuatu.[8]




[1] Sunoto, Pemikiran tentang Kefilsafatan Indonesia, Yogyakarta, 1983, Andi Offset hal 70
[2] Hasbullah Bakry, Sistematika Filsafat, Jakarta : Widjaya, 1992 hal 52
[3] Louis O. Kattsoff, Element of Philosophy, Terjemahan Soejono Soemargono, Pengantar Filsafat, Yogyakarta : Tiara Wacana, cet VII, 1996, hal 216
[4] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung : Rosda Karya, 2002, hal 29
[5] Jujun S. Suiasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1996 hal 64
[6] Hasbullah Bakry, Op. cit hal 56, Lihat Juga Sunoto, Op. cit hal 70
[7] Ahmad Tafsir, Op. Cit. hal 30
[8] Amsal Bakhtiar, Op. Cit. hal 139


No comments:

Post a Comment