Wednesday 11 March 2015

Agama Bangsa Arab Pra Islam

Secara umum, bangsa Arab pra-Islam mempunyai banyak agama dan kepercayaan. Dimana setiap suku mempunyai agama dan kepercayaan masing-masing yang berbeda satu sama lain. Sementara agama sepeninggalan Nabi Ibrahim as. yakni agama tauhid yang mengakui bahwa Allah SWT adalah Tuhan yang Maha Esa dan pencipta semesta alam, merupakan agama mayoritas yang dipeluk masyarakat arab, terutama suku Quraisy yang mendiami kota Mekkah dan sekitarnya. Terbukti, mereka masih tetap mengakui eksistensi ibadah haji, memuliakan bulan-bulan haram (bulan pelaksanaan ibadah haji), mengingkari perbuatan-perbuatan aniaya dan terlarang, serta memberi sanksi bagi pelaku pelanggaran. Kondisi semacam ini, terus berlangsung selama berabad-abad lamanya.
Namun, seiring bergulirnya waktu dan beralihnya generasi, agama ini mulai meluntur kemurniannya. Berbagai macam penyimpangan, takhayul, kebejatan moral, bahkan penyekutuan terhadap Allah SWT mulai menodai agama yang hanif ini.
Menurut para sejarahwan, penyimpangan ini dimulai ketika Luhay bin 'Amr, salah seorang pemimpin Quraisy, mengunjungi Syam (Suriah) yang warganya dikenal sebagai penyembah-penyembah berhala. Ketika melihat upacara dan ritus penyembahan berhala yang dilakukan Bangsa Persia, Luhay tentu saja heran sekaligus tertarik. "Apa yang kalian lakukan terhadap berhala-berhala ini???" tanya Luhay kepada salah seorang warga Syam. "Behala-berhala ini adalah sesembahan kami. Jika kami meminta pertolongan kepadanya, maka ia akan segera menolong. Dan jika kami meminta hujan, maka ia pun akan menurunkan hujan..!" jawabannya dengan penuh percaya diri.
Mendengar penuturan warga Syam tersebut, Luhay tentu saja kagum dibuatnya. Ia kemudian meminta kepada warga tersebut agar diberikan satu berhala yang akan dibawanya pulang ke Mekkah. Berhala itu menurut Luhay akan diletakkan disekitar Ka'bah, agar orang-orang Arab yang melaksanakan ibadah haji dapat melihatnya dan dapat meminta pertolongan kepadanya. Luhay kemudian diberi satu buah patung besar yang bernama Hubbal, inilah patung yang pertama kali mendiami Ka'bah.[1] Bahkan beberapa tahun kemudian, ada dua berhala baru, berbentuk fisik seorang laki-laki dan perempuan yang ikut diletakkan disekitar Baitullah. Dua berhala itu bernama Asaf dan Na'ilah yang dipasang pada salah satu tiang Baitullah.
Kemudian, setiap kali jama'ah haji yang hendak melaksanakan Thawaf sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim as., mereka terlebih dahulu bertanya kepada kepala-kepala suku Quraisy, tentang apa yang harus mereka lakukan terhadap berhala-berhala tersebut. Suku Quraisy yang memang menjadi penjaga Ka'bah menyatakan bahwa berhala-berhala itu akan membantu para jama'ah haji agar semakin dekat kepada Allah SWT. Karena itu, menurut kepala Quraisy, berhala-berhala tersebut harus dimuliakan saat seseorang melaksanakan ibadah Haji.[2] Dari sinilah awal-awal mula penyelewengan terhadap agama Nabi Ibrahim as. dimulai.



[1] Abu al-Fath Muhammad bin Abdul Karim Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal, Daar al-kutub Ilmiyyah, Beirut, Vol. III, hal 648-649.
[2] Syahrastani, Op.cit hal 649


No comments:

Post a Comment