Aliran ini mengatakan bahwa
hakikat itu ada dua, yaitu hakikat ruhani dan hakikat materi. Dimana ruhani
bukan muncul dari materi, begitu juga materi bukan muncul dari ruhani. Artinya
bahwa kedua macam hakikat ini (materi atau Non Materi) masing-masing bebas dan
berdiri sendiri, dimana keduanya sama-sama azali dan abadi. Dan juga, hubungan
keduanya menciptakan kehidupan di alam ini. Contohnya yang paling jelas adalah
tentang adanya kerja sama kedua hakikat ini ialah dalam diri manusia.
Tokoh paham ini ialah
Descartes (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak Filsafat Modern. Ia
menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran (ruhani) dan dunia
ruang (kebendaan). Descartes meragukan segala sesuatu yang dapat diragukan.
Mula-mula ia mencoba meragukan semua yang dapat di indera. Dia juga meragukan
badannya sendiri. Bahkan dialam mimpi juga yang seolah-olah seseorang mengalami
sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi, persis seperti tidak mimpi (dalam keadaan
terjaga), akan tetapi dalam kenyataannya hal itu tidaklah terjadi. Sehingga
tidak ada batas yang tegas antara mimpi dan jaga. Akibatnya, ia menyatakan
bahwa ada satu yang tidak dapat diragukan, yaitu saya
sedang ragu. Baginya, boleh saja badan saya ini saya ragukan adanya,
hanya bayangan misalnya, atau hanya seperti dalam mimpi, akan tetapi
mengenai saya sedang ragu benar-benar tidak dapat diragukan adanya.
Aku yang sedang ragu ini,
adalah disebabkan oleh aku yang sedang berfikir. Kalau begitu, aku berfikir
pasti ada dan benar. Dan jika berfikir itu ada, berarti aku ini ada, sebab yang
berfikir itu aku. Cogito ergo sum, aku berfikir jadi aku ada. Paham
ini kemudian dikenal dengan faham rasionalisme, yaitu faham Filsafat yang
mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh
pengetahuan dan mengetes pengetahuan.[1]
No comments:
Post a Comment