Monday 16 March 2015

Derajat Keimanan

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa keimanan bisa mengalami peningkatan sekaligus pengurangan, meskipun masalah ini sebenarnya menjadi medan kontroversi para ulama. Tapi diakui atau tidak, hal itu telah menjadi kenyataan yang dapat kita saksikan secara riil. Seseorang yang dulu beribadah ala kadarnya, yang penting gugur kewajiban, akan tetapi tiba-tiba berubah menjadi tekun dan khusyu' (fokus ibadah). Begitu pula sebaliknya, ada sebagian orang yang dulunya tekun dan rajin beribadah, kini mulai memudar semangatnya dan menganggap ibadah hanya sebagai ornamen pelengkap hidup saja.
Para ulama pun menempatkan standar mins-plusnya keimanan seseorang pada aspek ketaatan praktisnya.[1] Jadi wajar bila para ulama menklasifikasikan kapasitas keimanan dalam lima hal berikut ini :[2]
1. Tingkatan awam, yaitu keimanan yang dihasilkan dengan cara mengambil keterangan (perkataan) seorang guru tanpa mengetahui dalil-dalilnya, atau biasa disebut taqlid.
2. Tingkatan ashhab al-adillah, yakni seseorang yang keyaqinannya dibangun atas dasar pengetahuan yang didapat dari penelisikan sebuah dalil-dalil yang mengukuhkan adanya Tuhan yang menciptakan.[3]
3. Tingkatan Ahl al-Muraqabah, yaitu ukuran keimanan yang timbul atas ketajaman pengawasan mata hatinya terhadap keesaan dan kebesaran Allah SWT, dimana setiap kali berfikir tidak pernah luput merenungi nilai-nilai ketuhanan, dan senantiasa merasa segala gerakannya adalah atas kontrol Allah SWT.
4. Tingkatan musyahadah, ialah keimanan yang diperoleh sebab penyaksian mata hatinya kepada Tuhan.
5. Tingkatan haqiqah, yakni keimanan yang berada pada posisi sudah tidak adanya hal lain kecuali Allah SWT semata, atau biasa disebut dengan maqam fana' (stadium ketiadaan sesuatupun selain Allah SWT).[4] karena kelompok ini menganggap semuanya telah sirna kecuali Allah, sehingga yang ada hanya Dia semata. Inilah strata tertinggi yang mampu dicapai manusia.
Namun diatas derajat ini masih terdapat strata lain yang lebih tinggi dan hanya milik para Rasul. Akan tetapi, Allah tidak menunjukan kepada kita tentang sarana menempuh derajat terakhir ini.[5] Demikian klasifikasi strata keimanan seorang mukmin.


[1] Syekh Muhammad Amin al-Kurdi, Tanwir al-Qulub, al-Hidayah, Surabaya, hal 83.
[2] Syekh Ibrahim ibnu Muhammad, Tuhfah al-Murid, al-Hidayah, Surabaya, hal 27
[3] Untuk tingkatan pertama dan kedua ini masih terhalang untuk dapat menyaksikan (musyahadah) terhadap Allah SWT. Lihat dalam Abu Abd al-Mu'thi Muhammad al-Nawawi al-Jawi, Kasyifat al-Saja, al-Hidayah, Surabaya, hal 8
[4] Sedangkan maqam fana' terbagi lagi menjadi tiga tingkatan : fana' fi dzat, fana fi shifat, dan fana fi al-af'al. Dalam kitab Kasifat al-Saja', diterangkan bahwa tingkatan fana' adalah pengetahuan-pengetahuan ketuhanan yang diberikan tidak pada sembarang orang. Hanya mereka yang mendapat keistimewaan untuk diberinya. Baca : Abi Abdul Mukti Muhammad al-Nawawi al-Jawi, Kasifat al-saja, al-Hidayah, Surabaya, hal 9
[5] Tapi menurut syekh Kurdi, klasifikasi iman cukup dibagi empat tingkatan : 1)Munafik, yakni keimanan dengan lisan padahal hatinya inkar. Mereka adalah orang munafik yang memanfaatkan status keimannya untuk mendapatkan perlindungan duniawi semata, baik dari segi nyawa, harta dan lain sebagainya 2) Awam, ialah tingkatan iman yang melekat dalam hati juga mengucapkannya dengan lisan. Hanya saja, mereka tidak berperilaku sebagaimana orang beriman. Mereka menanam biji keimanan, akan tetapi tidak pernah kelihatan memetik buahnya. Justru yang tampak adalah mereka terkesan lebih berani menentang dan tidak mempedulikan ajaran syari'at 3) Muqarrabin, ialah tingkatan iman yang memang benar-benar melekat dalam hati. Seseorang yang berada pada tingkatan ini, membayangkan bahwa segala sesuatu bisa terjadi atas kontrol Tuhan. Sehingga, keyaqinannya mengajak pribadinya tidak mau meminta perlindungan selain kepada-Nya. Semua ciptaan tidak ada yang mampu mengendalikan diri manusia, baik dalam mencari keuntungan atau melepaskan kebahayaan. 4) Ahli Fana', adalah strata keimanan bagi orang-orang yang telah berhasil sirna dalam musyahadahnya kepada Allah SWT.


No comments:

Post a Comment