Saturday 18 April 2020

Filsafat Umum

Tujuan  studi filsafat adalah mengantarkan seseorang ke dalam dunia filsafat, yatu mengetahui apakah filsafat, maksud dan tujuannya. Studi filsafat dimaksudkan untuk “pendidikan mental”.
Tujuan umum filsafat adalah menjadikan manusia yang susila. Orang yang susila dipandang sebagai ahli filsafat, ahli hidup, dan sekaligus orang yang bijaksana.
Tujuan khusus filsafat adalah menjadikan manusia yang berilmu. Ahli filsafat dipandang sebagai orang yang ahli dalam bidang ilmu pengetahuan, yang selalu mencari kebenaran dari semua problema keilmuan. 
Perbedaan orang yang berfilsafat dengan orang yang tidak berfilsafat terletak pada sikap seseorang terhadap  hidupnya.
Filsafat mengajarkan  tentang kesadaran, kemauan, dan kemampuan manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan  untuk diaplikasikan dalam hidup.
Pengertian Filsafat
Secara  Etimologis : kata filsafat berasal dari bahasa Yunani “Philosophia” yang merupakan penggabungan dua kata yakni “philos” atau “philein” yang berarti “cinta”, “mencintai”, serta kata “sophia” yang berarti “kebijaksanaan” atau “ hikmat”.
Secara bahasa “filsafat” memiliki arti “cinta akan kebijaksanaan”. Cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya.
Arti kata ini belum memperhatikan makna yang sebenarnya dari kata filsafat, sebab pengertian “mencintai” belum memperlihatkan keaktifan seorang filosof untuk memperoleh kearifan itu.
Seseorang disebut filosof bila telah mendapat atau meraih kebijaksanaan, pengertian ini berlaku di Timur (Tiongkok dan India).
Plato (427 – 347 SM), memberikan istilah dialektika (seni berdikskusi). Jadi filsafat adalah mengkritik pendapat-pendapat yang berlaku. Jadi kearifan atau pengetahuan intelektual itu diperoleh  melalui suatu proses pemeriksaan secara kritis, diskusi dan penjelasan.
Aristoteles (384 – 322 SM), filsafat sebagai ilmu menyelidiki tentang hal ada sebagai hal ada yang berbeda dengan bagian-bagiannya  yang satu atau lainnya.
Ilmu ini juga dianggap sebagai ilmu yang pertama dan terakhir, sebab secara logis disyaratkan adanya ilmu lain yang juga harus dikuasai, sehingga untuk memahaminya orang harus menguasai ilmu yang lain itu.
Sir Francis Bacon (1561 – 1626 M), filsafat adalah induk agung dari ilmu-ilmu. Filsafat menangani semua pengetahuan sebagai bidangnya.
Rene Descartes (1590 – 1650), filsafat sebagai kumpulan segala pegetahuan di mana Tuhan, Alam, dan Manusia menjadi pokok penyelidikan
Fisafat Sebagai ilmu
Dalam pengertian filsafat sebagai ilmu mengandung empat pertanyaan ilmiah : bagaimanakah, mengapakah, kemanakah, dan apakah.
Pertanyaan bagaimana menanyakan sifat-2 yang ditangkap oleh indra. Jawaban yang diperolehnya bersifat deskriptif (penggambaran)
Pertanyaan mengapa menanyakan tentang sebab (asal mula) suatu obyek. Jawaban yang diperolehnya bersifat kausalitas (sebab-akibat).
Pertanyaan kemana menanyakan apa yang terjadi dimasa lampau, sekarang dan akan datang. Jawaban yang diperoleh ada tiga jenis pengetahuan, yaitu : (1) pengetahuan yang timbul dari hal yang selalu berulang (kebiasaan), yang nantinya dapat dijadikan sebagai pedoman. Ini dapat dijadikan dasar untuk mengetahui apa yang akan terjadi. (2) pengetahuan yang timbul dari pedoman yang terkandung dalam adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat. Pedoman yang selalu dipakai disebut hukum, (3) pengetahuan yang timbul dari pedoman yang dipakai (hukum) sebagai suatu hal yang dijadikan pegangan.
Pertanyaaan apakah yang menanyakan tentang hakekat atau inti mutlak dari suatu hal. Hakekat ini sifatnya sangat dalam (radix) dan tidak lagi bersifat empiris sehingga hanya dapat dimengerti oleh akal. Jawaban yang diperolah akan dapat mengetahui hal-hal yang sifatnya umum, universal, abstrak.
Untuk memperoleh pengetahuan hakekat, haruslah dilakukan dengan abstraksi, yaitu suatu perbuatan akal untuk menghilangkan keadaan, sifat-2 yang secara kebetulan, sehingga akhirnya tinggal sifat yang harus ada(mutlak) yaitu substansi.
Filsafat Sebagai Cara Berfikir
Berpikir secara filsafat artinya berpikir yang sangat mendalam sampai hakekat atau secara menyeluruh, atau berpikir dilihat dari berbagai sudut pandang ilmu pengtahuan.
Berpikir  demikian sebagai upaya untuk berpikir secara tepat dan benar serta dapat dipertanggung jawabkan. Ada beberapa persyaratan yaitu :
Harus sistimatis, pemikiran yang sistematis dimaksudkan untuk menyusun suatu pola pengetahuan yang rasional. Sistematikan pemikiran filosof dipengaruhi oleh  keadaan dirinya, lingkungan, zamannya, pendifikan.
Harus konseptual, maksudnya adalah sebagai upaya untuk menyusun suatu bagan yang terkonsepsi (jelas), karena berpikir secara filsafat sebenarnya berpikir tentang hal dan prosesnya.
Harus koheren, koheren atau runtut adalah unsur-unsur tidak boleh mengandung  uraian yang bertentangan satu sama lain. Koheren memuat suatu kebenaran logis.
Harus rasional, maksudnya adalah unsur-unsurnya berhubungan secara logis. Artinya pemikiran filsafat harus diuraikan dalam bentuk yang logis.
Harus sinoptik, sinoptik artinya pemikiran filsafat harus melihat hal-hal secara menyeluruh atau dalam  kebersamaan secara integral.
Harus mengarah kepada pandangan dunia, maksudnya adalah pemikiran filsafat sbagai  upaya untuk memahami semua realitas kehidupan dengan jalan menyusun suatu pandangan (hidup) dunia.
Filsafat Sebagai Pandangan Hidup
Filsafat  pada hakekatnya bersumber pada kodrat pribadi manusia. Hal ini berarti bahwa filsafat mendasarkan pada penjelmaan manusia secara total dan sentral sesuai dengan hakekat manusia sebagai makhluk monodualisme. Manusia secara total (menyeluruh) dan sentral didalamnya memuat sekaligus sebagai sumber penjelmaan bermacam-macam filsafat seperti :
1.        Manusia dengan unsur raganya melahirkan filsafat biologi.
2.       Manusia dengan unsur rasanya melahirkan filsafat keindahan (estetika).
3.       Manusia dengan unsur  monodualismenya melahirkan filsafat antropologi.
4.   Manusia dengan unsur kehendaknya untuk berbuat baik-buruk melahirkan filsafat tingkah laku (etika)
5.       Manusia sebagai makhluk yang berakal melahirkan filsafat berpikir (logika).
6. Manusia dengan segala aspek kehidupannya melahirkan filsafat nilai (aksiologi).
7.       Manusia  dengan dan sebagai warga negara melahirkan filsafat negara.
Filsafat sebagai pandangan hidup merupakan suatu pandangan hidup yang dijadikan  dasar setiap tindakan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Pandangan hidup akan tercermin didalam sikap hidup dan cara hidup. Sikap dan cara hidup akan muncul apabila manusia mampu memikirkan dirinya sendiri secara total.










No comments:

Post a Comment