Tujuan
studi filsafat adalah mengantarkan seseorang ke dalam dunia filsafat,
yatu mengetahui apakah filsafat, maksud dan tujuannya. Studi filsafat
dimaksudkan untuk “pendidikan mental”.
Tujuan umum filsafat adalah menjadikan manusia
yang susila. Orang yang susila dipandang sebagai ahli filsafat, ahli hidup, dan
sekaligus orang yang bijaksana.
Tujuan khusus filsafat adalah menjadikan manusia
yang berilmu. Ahli filsafat dipandang sebagai orang yang ahli dalam bidang ilmu
pengetahuan, yang selalu mencari kebenaran dari semua problema keilmuan.
Perbedaan orang yang berfilsafat dengan orang
yang tidak berfilsafat terletak pada sikap seseorang terhadap hidupnya.
Filsafat mengajarkan tentang kesadaran, kemauan, dan kemampuan
manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk individu, makhluk sosial,
dan makhluk Tuhan untuk diaplikasikan
dalam hidup.
Pengertian Filsafat
Secara Etimologis : kata filsafat berasal dari
bahasa Yunani “Philosophia” yang merupakan penggabungan dua kata yakni “philos”
atau “philein” yang berarti “cinta”, “mencintai”, serta kata “sophia”
yang berarti “kebijaksanaan” atau “ hikmat”.
Secara bahasa “filsafat” memiliki arti “cinta
akan kebijaksanaan”. Cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar.
Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya.
Arti kata ini belum memperhatikan makna yang
sebenarnya dari kata filsafat, sebab pengertian “mencintai” belum memperlihatkan
keaktifan seorang filosof untuk memperoleh kearifan itu.
Seseorang disebut filosof bila telah mendapat
atau meraih kebijaksanaan, pengertian ini berlaku di Timur (Tiongkok dan
India).
Plato (427 – 347 SM), memberikan istilah
dialektika (seni berdikskusi). Jadi filsafat adalah mengkritik
pendapat-pendapat yang berlaku. Jadi kearifan atau pengetahuan intelektual itu
diperoleh melalui suatu proses
pemeriksaan secara kritis, diskusi dan penjelasan.
Aristoteles (384 – 322 SM), filsafat sebagai ilmu
menyelidiki tentang hal ada sebagai hal ada yang berbeda dengan
bagian-bagiannya yang satu atau lainnya.
Ilmu ini juga dianggap sebagai ilmu yang pertama
dan terakhir, sebab secara logis disyaratkan adanya ilmu lain yang juga harus
dikuasai, sehingga untuk memahaminya orang harus menguasai ilmu yang lain itu.
Sir Francis Bacon (1561 – 1626 M), filsafat
adalah induk agung dari ilmu-ilmu. Filsafat menangani semua pengetahuan sebagai
bidangnya.
Rene Descartes (1590 – 1650), filsafat sebagai
kumpulan segala pegetahuan di mana Tuhan, Alam, dan Manusia menjadi pokok
penyelidikan
Fisafat Sebagai ilmu
Dalam pengertian filsafat sebagai ilmu
mengandung empat pertanyaan ilmiah : bagaimanakah, mengapakah, kemanakah, dan
apakah.
Pertanyaan bagaimana menanyakan sifat-2 yang
ditangkap oleh indra. Jawaban yang diperolehnya bersifat deskriptif
(penggambaran)
Pertanyaan mengapa menanyakan tentang sebab
(asal mula) suatu obyek. Jawaban yang diperolehnya bersifat kausalitas
(sebab-akibat).
Pertanyaan kemana menanyakan apa yang terjadi dimasa
lampau, sekarang dan akan datang. Jawaban yang diperoleh ada tiga jenis
pengetahuan, yaitu : (1) pengetahuan yang timbul dari hal yang selalu berulang
(kebiasaan), yang nantinya dapat dijadikan sebagai pedoman. Ini dapat dijadikan
dasar untuk mengetahui apa yang akan terjadi. (2) pengetahuan yang timbul dari
pedoman yang terkandung dalam adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat.
Pedoman yang selalu dipakai disebut hukum, (3) pengetahuan yang timbul dari
pedoman yang dipakai (hukum) sebagai suatu hal yang dijadikan pegangan.
Pertanyaaan apakah yang menanyakan tentang
hakekat atau inti mutlak dari suatu hal. Hakekat ini sifatnya sangat dalam
(radix) dan tidak lagi bersifat empiris sehingga hanya dapat dimengerti oleh
akal. Jawaban yang diperolah akan dapat mengetahui hal-hal yang sifatnya umum,
universal, abstrak.
Untuk memperoleh pengetahuan hakekat, haruslah
dilakukan dengan abstraksi, yaitu suatu perbuatan akal untuk menghilangkan
keadaan, sifat-2 yang secara kebetulan, sehingga akhirnya tinggal sifat yang
harus ada(mutlak) yaitu substansi.
Filsafat Sebagai Cara
Berfikir
Berpikir secara filsafat artinya berpikir yang
sangat mendalam sampai hakekat atau secara menyeluruh, atau berpikir dilihat
dari berbagai sudut pandang ilmu pengtahuan.
Berpikir
demikian sebagai upaya untuk berpikir secara tepat dan benar serta dapat
dipertanggung jawabkan. Ada beberapa persyaratan yaitu :
Harus sistimatis,
pemikiran yang sistematis dimaksudkan untuk menyusun suatu pola pengetahuan
yang rasional. Sistematikan pemikiran filosof dipengaruhi oleh keadaan dirinya, lingkungan, zamannya,
pendifikan.
Harus konseptual,
maksudnya adalah sebagai upaya untuk menyusun suatu bagan yang terkonsepsi
(jelas), karena berpikir secara filsafat sebenarnya berpikir tentang hal dan
prosesnya.
Harus koheren, koheren atau runtut
adalah unsur-unsur tidak boleh mengandung
uraian yang bertentangan satu sama lain. Koheren memuat suatu kebenaran
logis.
Harus rasional,
maksudnya adalah unsur-unsurnya berhubungan secara logis. Artinya pemikiran
filsafat harus diuraikan dalam bentuk yang logis.
Harus sinoptik,
sinoptik artinya pemikiran filsafat harus melihat hal-hal secara menyeluruh
atau dalam kebersamaan secara integral.
Harus mengarah kepada pandangan dunia,
maksudnya adalah pemikiran filsafat sbagai upaya untuk memahami semua realitas kehidupan
dengan jalan menyusun suatu pandangan (hidup) dunia.
Filsafat Sebagai
Pandangan Hidup
Filsafat
pada hakekatnya bersumber pada kodrat pribadi manusia. Hal ini berarti
bahwa filsafat mendasarkan pada penjelmaan manusia secara total dan sentral
sesuai dengan hakekat manusia sebagai makhluk monodualisme. Manusia secara
total (menyeluruh) dan sentral didalamnya memuat sekaligus sebagai sumber
penjelmaan bermacam-macam filsafat seperti :
1.
Manusia dengan unsur
raganya melahirkan filsafat biologi.
2.
Manusia dengan unsur
rasanya melahirkan filsafat keindahan (estetika).
3.
Manusia dengan
unsur monodualismenya melahirkan
filsafat antropologi.
4. Manusia dengan unsur
kehendaknya untuk berbuat baik-buruk melahirkan filsafat tingkah laku (etika)
5.
Manusia sebagai makhluk
yang berakal melahirkan filsafat berpikir (logika).
6. Manusia dengan segala
aspek kehidupannya melahirkan filsafat nilai (aksiologi).
7.
Manusia dengan dan sebagai warga negara melahirkan
filsafat negara.
Filsafat sebagai pandangan hidup merupakan suatu
pandangan hidup yang dijadikan dasar
setiap tindakan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Pandangan hidup akan tercermin didalam sikap
hidup dan cara hidup. Sikap dan cara hidup akan muncul apabila manusia mampu
memikirkan dirinya sendiri secara total.
No comments:
Post a Comment